Geng Motor Berulah, Klub Motor di Makassar Resah
Makassar, Tribun - Aksi brutal yang dilakukan geng motor di Makassar, tak hanya mengundang keprihatinan, namun juga mengundang keresahan para klub motor yang ada di Makassar.
Keresahan ini mengingat masih adanya masyarakat yang belum bisa membedakan antara klub/komunitas motor dengan geng motor.
"Kalau masyarakat tahu itu tidak apa-apa. Yang jadi masalah jika masyarakat tidak tahu bedanya. Dan itu akan mencemarkan nama baik klub akibat ulah geng motor," kata Ketua Klub motor STIC Sulawesi, Hasanuddin Tiro, di Makassar, Senin(16/4).
Diapun menjelaskan bahwa antara klub motor dan geng motor itu perbedaannya sangat jauh. "Klub motor itu punya struktur organisasi sehingga visi dan misi jelas. Sementara geng motor itu hanyalah kelompok yang tidak punya aturan," katanya.
Ketidakaturan geng motor tersebut, kata dia, bisa dilihat dari tampilan motor serta kesadarannya mematuhi aturan berlalu lintas.
Hal senada diungkapkan Ketua klub Praco Makassar, Hakas Oscar.
Menurutnya, butuh cara yang efektif untuk menindaki balapan liar ataupun geng motor yang mungkin saja bisa mencemarkan nama baik klub motor.
Roling yang selama ini aktif dilakukan klub-klub motor, kata dia, bukanlah cara efektif untuk meredam aksi balapan liar yang meresahkan warga sekitar.
"Butuh pendekatan persuasif. Misalnya saja ada anggota klub yang tinggal di kawasan Veteran, secara personal dia mendekati oknum geng motor dan pelan-pelan dibina. Saya pribadi menganggap cara ini lebih efektif ketimbang roling," katanya.
Dikatakan, untuk mengenali geng motor, bisa dilihat dari safety riding-nya. "Misalnya tidak memasang kaca spion, hobi balap. Klub motor juga ada yang balap tapi pada tempatnya seperti pada event otomotif road race. Tidak seperti geng motor yang balap di jalan raya," katanya.
Geng motor, lanjut dia, kadang juga menamai kelompoknya. Meski demikian, geng motor tidak terorganisir, tidak memiliki aturan main berdasarkan AD/ART, serta visi misinya yang tidak jelas.
Ketua klub Bikthum Makassar, Bro Zon, menambahkan, rata-rata geng motor itu kerap unjuk kemampuan di jalan raya dengan ciri suara knalpot motor yang memekikkan telinga.
"Suka balapan liar, penampilan motor juga tidak standar berkendara, seperti suara knalpot yang memekikkan telinga, spion tidak ada. Sementara klub motor itu lebih kepada kegiatan yang sifatnya sosial, bukannya merugikan masyarakat," katanya. (*)
Keresahan ini mengingat masih adanya masyarakat yang belum bisa membedakan antara klub/komunitas motor dengan geng motor.
"Kalau masyarakat tahu itu tidak apa-apa. Yang jadi masalah jika masyarakat tidak tahu bedanya. Dan itu akan mencemarkan nama baik klub akibat ulah geng motor," kata Ketua Klub motor STIC Sulawesi, Hasanuddin Tiro, di Makassar, Senin(16/4).
Diapun menjelaskan bahwa antara klub motor dan geng motor itu perbedaannya sangat jauh. "Klub motor itu punya struktur organisasi sehingga visi dan misi jelas. Sementara geng motor itu hanyalah kelompok yang tidak punya aturan," katanya.
Ketidakaturan geng motor tersebut, kata dia, bisa dilihat dari tampilan motor serta kesadarannya mematuhi aturan berlalu lintas.
Hal senada diungkapkan Ketua klub Praco Makassar, Hakas Oscar.
Menurutnya, butuh cara yang efektif untuk menindaki balapan liar ataupun geng motor yang mungkin saja bisa mencemarkan nama baik klub motor.
Roling yang selama ini aktif dilakukan klub-klub motor, kata dia, bukanlah cara efektif untuk meredam aksi balapan liar yang meresahkan warga sekitar.
"Butuh pendekatan persuasif. Misalnya saja ada anggota klub yang tinggal di kawasan Veteran, secara personal dia mendekati oknum geng motor dan pelan-pelan dibina. Saya pribadi menganggap cara ini lebih efektif ketimbang roling," katanya.
Dikatakan, untuk mengenali geng motor, bisa dilihat dari safety riding-nya. "Misalnya tidak memasang kaca spion, hobi balap. Klub motor juga ada yang balap tapi pada tempatnya seperti pada event otomotif road race. Tidak seperti geng motor yang balap di jalan raya," katanya.
Geng motor, lanjut dia, kadang juga menamai kelompoknya. Meski demikian, geng motor tidak terorganisir, tidak memiliki aturan main berdasarkan AD/ART, serta visi misinya yang tidak jelas.
Ketua klub Bikthum Makassar, Bro Zon, menambahkan, rata-rata geng motor itu kerap unjuk kemampuan di jalan raya dengan ciri suara knalpot motor yang memekikkan telinga.
"Suka balapan liar, penampilan motor juga tidak standar berkendara, seperti suara knalpot yang memekikkan telinga, spion tidak ada. Sementara klub motor itu lebih kepada kegiatan yang sifatnya sosial, bukannya merugikan masyarakat," katanya. (*)
sumber ; Penulis : Hasriani
Editor : Ina Maharan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar