STRATEGI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN ORGANISASI
Keberadaan suatu organisasi tidak lepas dari adanya suatu ide atau gagasan dari seseorang atau sekelompok orang yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama. Dalam realita sosial pola kehidupan masyarakat senantiasa dilingkupi oleh bentuk interaksi yang beraneka ragam sesuai dengan situasi, kondisi, budaya, keyakinan dan adat istiadat dimana masyarakat itu berada. Pola interaksi sosial yang terjadi antar individu kemudian menjadi suatu kelompok dalam masyarakat akan melahirkan suatu perkumpulan atau organisasi sosial yang disepakati bersama.
Blau dan Scot (1962) menjelaskan istilah organisasi sosial merujuk pada pola-pola interaksi sosial meliputi ; frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang, kecendrungan mengawali kontak, arah pengaruh antara orang-orang, derajat kerja sama, perasaan tertarik, hormat dan permusuhan dan perbedaan status ; dan regularitas yang teramati dan prilaku sosial orang-orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologis dan psikologis mereka sebagai individu1. Adanya pola atau regularitas dalam interaksi sosial mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan antara orang-orang yang mentransformasikan mereka dari suatu kumpulan individu menjadi kelompok orang atau dari sejumlah kelompok menjadi suatu sistem sosial yang lebih besar2.
Lahirnya suatu organisasi sosial pada umumnya selalu bermula dari adanya hubungan pola interaksi seperti yang dijelaskan Blau dan Scot di atas. Demikian halnya dengan organisasi sosial yang dilandasi oleh suatu keyakinan atau agama, keberadaannya merupakan wujud dari prilaku sosial yang dilandasi pada nilai-nilai religi dan menjadi budaya interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai agama yang ada dalam setiap individu -kemudian menjadi kelompok atau suatu perkumpulan- dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan interaksi sosial. Pola interaksi sosial yang didasari atas nilai-nilai keagamaan dan keyakinan yang dimiliki dikenal dengan istilah organisasi sosial keagamaan.
Pesantren Hidayatullah sebagai suatu organisasi sosial keagamaan yang kampus induknya berada di Balikpapan Kalimantan Timur merupakan organisasi yang lahir dari adanya pola interaksi sosial yang dilandasi oleh nilai-nilai religi yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan modal nilai-nilai religi inilah kemudian pesantren Hidayatullah sebagai organisasi sosial keagamaan lahir dan diakui masyarakat sebagai organisasi yang memiliki ciri khas tersendiri.
Spesifikasi (kekhasan) pesantren ini terutama terletak pada konsistensinya yang kuat sebagai organisasi pondok pesantren “pencetak kader dakwah” yang didasarkan pada filosofi perjalanan perjuangan Rasulullah dengan manhaj (metode) sistematika nuzulnya wahyu. Ide dan metode pembinaan ini merupakan kontinuitas dan pengembangan dari gagasan besar almarhum Ust. Abdullah Said selaku perintis dan pendiri pondok pesantren Hidayatullah3.
Gagasan besar yang dimiliki Ust. Abdullah Said merupakan suatu ideologi yang lahir dari kajian mendalam beliau terhadap nilai-nilai ajaran Islam. Dalam kajian organisasi dikenal istilah indoktrinasi sasaran, yaitu informasi tentang ideologi untuk mengembangkan rasa misi. Maksudnya, misi organisasi haruslah dikomunikasikan kepada para anggota agar mereka dapat mengenal sasaran-sasaran organisasi. Sebagai kelanjutan dari rasional pekerjaan, informasi ideologi ini memungkinkan para anggota organisasi dapat memahami gambaran besar organisasi sehingga dapat bekerja lebih efektif. Mereka dapat mengembangkan rasa ikut memiliki organisasi (sense of belanzing to the organization)4.
Dengan modal ideologi ini, Ust. Abdullah Said kemudian melakukan pembinaan secara personal (Interpersonal Communication) ke beberapa rekan beliau secara intens, dari hasil pembinaan tersebut kemudian melahirkan suatu kekuatan baru yang pada akhirnya dibentuklah pesantren Hidayatullah.
Pesantren Hidayatullah yang diresmikan Menteri Agama Prof. Dr. Mukti Ali tanggal 5 Agustus 1976 di Balikpapan merupakan cikal bakal pesantren yang tersebar di seluruh pelosok tanah air5. Pada tahun 1998 pada saat pendirinya meninggal dunia, pesantren ini telah berkembang dan memiliki 120 cabang di seluruh Indonesia6.
Salah satu strategi pengembangan organisasi yang dilakukan pesantren Hidayatullah sehingga bisa berkembang adalah adanya pola pembinaan yang bersifat dokrinasi yang berisi tentang bagaimana setiap individu atau jama’ah memiliki pribadi yang tangguh dan siap ditugaskan ke daerah-daerah untuk mengemban dakwah. Penugasan daerah ini merupakan bagian dari bentuk rencana pengembangan jaringan organisasi pesantren.
Pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang berkaitan dengan serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan secara terus menerus oleh organisasi7, dengan kata lain suatu proses penyiapan untuk mengelola upaya perencanaan perubahan. Menurut Cherrington (1989) dikutip Indriyo G. pengembangan organisasi meliputi suatu pendekatan diagnosis dan pemecahan masalah yang bersifat menyeluruh untuk menghindarkan keruntuhan organisasi dan untuk menciptakan pembaharuan bagi organisasi8.
Sebagai organisasi sosial keagamaan yang dibangun atas dasar pola interaksi sosial yang didasari nilai-nilai keyakinan agama yang kuat dan mantap, keberadaan pesantren Hidayatullah semakin establish dan banyak mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat. Misalnya, birokrasi pemerintah, tokoh masyarakat setempat, tokoh nasional, dan dukungan para tokoh yang datang dari berbagai daerah pada saat melakukan kunjungan ke Balikpapan. Dari berbagai dukungan tersebut kemudian kepercayaan masyarakat kepada pesantren Hidayatullah semakin meningkat, akibatnya kemudian para santri datang dari berbagai daerah untuk bergabung dan menjadi binaan pesantren Hidayatullah.
Kemajuan Pesantren Hidayatullah tersebut tidak lepas dari bentuk konsep dan strategi komunikasi jitu yang dibangun para pengurus lembaga khususnya Bapak pimpinan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kenyataannya masalah komunikasi senantiasa muncul dalam proses organisasi, dan komunikasi merupakan hal mutlak dan harus ada dalam suatu organisasi apapun bentuknya. Komunikasi merupakan alat penghubung dan pembangkit kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi.
Fenomena lain yang bisa dicermati bahwa keberadaan Hidayatullah sebagai salah satu pesantren di Indonesia memililiki keunikan tersendiri. Keunikan yang dimaksud adalah pola komunikasi pimpinan yang bersifat doktrinasi senantiasa menjadi kebiasaan pada saat menyampaikan ceramah, taushiah, atau hubungan interpersonal dengan semua jamaah setiap hari. Hal ini yang membuat para jamaah / anggota organisasi selalu berupaya menjadi lebih baik dari waktu ke waktu termasuk dalam masalah menata organisasi yang ada.
Semua gerak langkah yang dilakukan setiap anggota organisasi atau jamaah selalu didasari atas idealisme yang kuat untuk menunjukkan kepada siapapun bahwa Islam adalah ajaran yang paripurna, mengajarkan bagaimana konsep hidup yang baik dan benar dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal menata organisasi yang sudah ada dan mengembangkannya atau menyampaikannya kepada semua jamaah yang ada di daerah yang ada jaringan hidayatullah.
Melihat perkembangan organisasi yang cukup pesat tersebut tentunya memiliki konsep dan strategi komunikasi yang jitu sehingga dalam waktu yang relatif singkat pesantren Hidayatullah bisa menata organisasinya dengan baik dan melakukan pengembangan jaringan dengan membuka cabang di berbagai daerah di indonesia. Ini merupakan fenomena organisasi yang menarik untuk dikaji lebih jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar