FOKUS: Mematikan Kontribusi Lionel Messi? Klub Italia (Masih) Jagonya
Lionel Messi memang memiliki catatan bagus ketika menghadapi tim-tim Italia di Eropa, ia mengantarkan Barcelona menang sebanyak empat kali dan hanya satu kali kalah dalam delapan pertandingan menghadapi wakil Serie A Italia. Bagaimanapun juga, dua pertandingan menghadapi AC Milan di perempat-final Messi dapat dibilang gagal, meskipun mencetak dua gol ke gawang Abbiati dini hari tadi (04/03).
Penggemar Liga Primer Inggris sebelumnya pernah menyombongkan diri mengenai rekor buruk Messi menghadapi wakil mereka, dan akhirnya...di pertandingan kesebelas, Messi akhirnya membobol gawang tim Inggris. Rentetan gol langsung terbuka, ia mencetak delapan gol dari enam pertandingan terakhir menghadapi wakil EPL, termasuk dua gol saat mengalahkan Manchester United di final. Sekarang catatan kebobolan tim Inggris hanya kalah dari klub Jerman yang 12 kali dibobol oleh Messi, itu juga berkat gelontoran lima gol Messi saat menghadapi Bayer Leverkusen di leg pertama perdelapan-final kemarin.
Sementara itu, pemain bernomor punggung 10 tersebut empat kali menghadapi Rubin Kazan, satu-satunya lawan dari Rusia, tanpa mencetak gol. Dua dari empat pertandingan ia jalani sebagai pemain pengganti, yang berarti ia hanya bermain sekitar 200 menit menghadapi Rubin Kazan. Sementara, menghadapi klub Italia, ia sudah sering bertemu. Pertemuan pertama terjadi saat menghadapi Udinese enam tahun yang lalu.
Jadi bagaimana ini membuat klub Italia dapat menangani Messi? Di bawah ini, kita akan melihat delapan pertemuan antara sang penyihir, Messi, menghadapi wakil Serie A, dengan melihat bagaimana Messi berhasil dihentikan agar tidak mengeluarkan manteranya.
Sebagai pemain berusia 18 tahun, Messi memulai sebagai striker di sisi kanan dari tridente Barcelona. Dan dia sudah mampu merepotkan lini pertahanan Udinese dengan melewati Cristian Obodo dan melepaskan tembakan pertama timnya. Messi juga berkontribusi atas gol pertama Barcelona, saat ia dilanggar dan membuat Ronaldinho mampu membobol gawang De Sanctis melalui tendangan bebas.
Messi kemudian gagal memanfaatkan tiga peluang emas yang didapatnya, namun sihir dari kakinya sudah sangat terlihat pada penampilan ketiganya di Liga Champions tersebut.
Di pertemuan kedua mereka di Giuseppe Meazza di leg pertama semi-final Liga Champions, Inter menerapkan skema baru dengan dua gelandang bertahan. Ini menunjukkan adanya peran bergantian antara Cambiasso dan Motta untuk selalu menempel Messi. Dan Motta tampak paling sering melakukan tugas tersebut.
Ketika dua gelandang tidak mampu menghentikan Messi, Samuel datang melapisi, dan ia melakukannya lebih dari satu kali. Dengan situasi tersebut, Messi mengandalkan Ibrahimovic yang terus berada di depan, namun semuanya menjadi sulit dan Inter berhasil meraih kemenangan 3-1.
Di leg kedua, Inter kembali menerapkan skema yang sama dengan memasang dua gelandang bertahan untuk bergantian menempel Messi. Setelah Motta diusir wasit, Inter memasang Chivu berduet dengan Cambiasso dan membuat formasi Inter tampak berubah menjadi 4-5-0.
Messi langsung memberi ancaman, ia melewati dua orang pemain sebelum melepaskan tembakan yang berhasil dihalau dengan fantastis oleh Cesar, tetapi kembali peluangnya untuk mencetak gol dibatasi oleh tangguhnya pertahanan Inter. Hal tersebut terlihat di babak kedua, saat ia dikepung oleh tiga pemain dan dilapisi oleh Lucio, dan hingga akhirnya ia sangat kesulitan menemukan ruang kosong bagi dirinya.
Dalam pertemuan pertama menghadapi AC Milan, dia mendapatkan ruang lebih luas untuk bekerja. Ia berhasil menembus tiga gelandang bertahan Milan, dan memaksa Nesta atau Thiago Silva untuk bereaksi cepat menghentikannya.
Messi hampir mencetak gol melalui tendangan bebas dan ia juga memaksa Abbiati melakukan penyelamatan, kemudian ia melewati dua pemain Milan dan memberi assist kepada Pedro yang berujung gol penyama kedudukan. Setelah itu Messi tampak berhasil dijinakkan setelah Ambrosini masuk untuk memperkuat lini tengah Milan.
Milan mencoba untuk memainkan gaya yang sama di pertandingan sebelumnya, dengan terus menempel Messi secara bergantian, tetapi Messi lebih memiliki kebebasan karena Milan hanya memiliki Van Bommel sebagai gelandang bertahan.
Umpan panjang Messi ke Xavi, berujung gol bunuh diri Van Bommel, di mana Thiago keluar dari sarangnya untuk menjaga pemain asal Argentina tersebut. Bahkan gol pertamanya ke gawang tim Italia cukup membuatnya jengkel karena percobaan pertamanya dihentikan di tengah jalan, saat ia sedang berlari dan dipaksa mengulang.
Namun ia masih bermain dengan tenang, ia mengirim umpan melewati empat pemain Milan kepada Xavi yang mencetak gol kemenangan.
Dan begitu juga di laga leg pertama perempat-final. Dengan kembalinya Ambrosini dan Nocerino, Milan mampu mengekang Messi, meskipun ia masih sempat menebar ancaman. Bergerak mencari ruang kosong, ia berhasil menerima umpan, meskipun jarang mendapatkan kesempatan untuk dapat membawa bola.
Ambrosini melakukan tugasnya dengan baik di luar kotak penalti, dengan Nesta dan Mexes yang siap sedia apabila ia berhasil mendekati area penalti. Terkadang melakukan pelanggaran lebih berarti daripada Messi berhasil menembus lini pertahanan tim, Nesta menerima dengan besar hati kartu kuning dari wasit akibat menghentikan laju Messi, tetapi semuanya tetap dalam semangat persaingan.
Di leg kedua yang menentukan ini, Milan kembali mengandalkan Nocerino dan Ambrosini untuk mengawal pergerakan Messi, di mana Mexes dan Nesta kembali bersiap melapisi. Dan hal tersebut cukup efektif hingga Barcelona mendapat dua penalti, yaitu saat Messi dilanggar Antonini dan saat insiden kontroversial di mana Nesta dinilai melanggar Busquet, yang keduanya berhasil dikonversi menjadi gol oleh Messi.
Ya, di laga terakhirnya tersebut, Messi memang berhasil mencetak dua gol ke gawang wakil Serie A, tetapi kembali hal tersebut didapat melalui tendangan penalti bukan melalui permainan terbuka. Yang pasti, Messi harus menunggu setidaknya hingga musim depan untuk 'benar-benar' mencetak gol ke gawang tim Serie A Italia.
Mengapa? Karena Messi tidak dapat mencetak gol dalam permainan terbuka selama 700 menit menghadapi klub Italia di Liga Champions. Dan dini hari tadi Messi memang mencetak dua gol, tetapi keduanya lagi-lagi dari titik putih.
MESSI v DUNIA Statistik Gol Messi Dari Negara Asal Klub | ||||
Negara Jerman Inggris (1 pen) Ukraina Yunani Denmark Ceko (1 pen) Prancis (1 pen) Skotlandia Belarusia Swiss Spanyol Portugal Italia (3 pen) Rusia |
Starter
7 16 5 3 2 2 4 4 1 1 2 2 8 2 | Sub 2 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 |
Gol
12 8 5 4 3 3 3 3 2 2 2 1 3 0 |
Sementara itu, pemain bernomor punggung 10 tersebut empat kali menghadapi Rubin Kazan, satu-satunya lawan dari Rusia, tanpa mencetak gol. Dua dari empat pertandingan ia jalani sebagai pemain pengganti, yang berarti ia hanya bermain sekitar 200 menit menghadapi Rubin Kazan. Sementara, menghadapi klub Italia, ia sudah sering bertemu. Pertemuan pertama terjadi saat menghadapi Udinese enam tahun yang lalu.
Jadi mengapa tim-tim Italia sukses sementara yang lain gagal? Menurut analisis Kris Voakes dan Carlo Garganese dariGOAL.com, alasan utamanya adalah jika ada sebuah tim yang secara teknis bermain seperti ini adalah 10, 20, 30, 40 tahun yang lalu, di mana Barcelona menjadi pengecualian dari aturan baru yang menyatakan bahwa skill dan ketajaman tidak dapat mengalahkan kekuatan dan fisik.
Tim Italia, baik klub atau tim nasional, selalu memiliki pertahanan terbaik di dunia. Bagaimanapun juga, seiring berubahnya aturan, gaya permainan bertahan dan taktik yang dikuasai Italia semakin tumpul. Profesionalisme, otak dan kecerdikan yang diagungkan Italia, sudah tidak dapat menjadi senjata andalan lagi.
Tetapi mengapa Barcelona, terutama Messi, berbeda?
Nah, Barcelona tidak benar-benar pindah bersama dengan waktu, dalam hal gaya permainan dan substansi, Barcelona saat ini tidaklah jauh berbeda dengan apa yang telah dikuasai oleh klub Italia di masa lalu.
Secara tradisi, klub Italia sudah turun temurun mengetahui bagaimana cara mengatasi kemampuan individu lawan karena mereka tahu bagaimana menutup ruang kosong, menjaga dengan dua pemain, membaca permainan, memotong alur permainan, merusak ritme permainan dengan pelanggaran kecil.Jadi bagaimana ini membuat klub Italia dapat menangani Messi? Di bawah ini, kita akan melihat delapan pertemuan antara sang penyihir, Messi, menghadapi wakil Serie A, dengan melihat bagaimana Messi berhasil dihentikan agar tidak mengeluarkan manteranya.
28 SEPTEMBER 2005 | BARCELONA 4-1 UDINESE
|
|
Sebagai pemain berusia 18 tahun, Messi memulai sebagai striker di sisi kanan dari tridente Barcelona. Dan dia sudah mampu merepotkan lini pertahanan Udinese dengan melewati Cristian Obodo dan melepaskan tembakan pertama timnya. Messi juga berkontribusi atas gol pertama Barcelona, saat ia dilanggar dan membuat Ronaldinho mampu membobol gawang De Sanctis melalui tendangan bebas.
Messi kemudian gagal memanfaatkan tiga peluang emas yang didapatnya, namun sihir dari kakinya sudah sangat terlihat pada penampilan ketiganya di Liga Champions tersebut.
16 SEPTEMBER 2009 | INTER 0-0 BARCELONA
|
|
Dalam hujan yang mengguyur Giuseppe Meazza, Messi melepaskan tembakan di awal pertandingan yang mampu ditepis Julio Cesar, dan kemudian tandukannya memanfaatkan umpan silang Dani Alvez kembali diantisipasi oleh kiper asal Brasil tersebut.
Di samping melepaskan tendangan voli di bawah tekanan Walter Samuel, Messi kemudian jarang mendapatkan peluang lainnya, ia diizinkan untuk turun ke jauh ke dalam dan membagi bola ke Zlatan Ibrahimovic, tetapi ia tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk jauh ke daerah pertahanan Inter, dengan Chivu yang melakukan hadangan di menit terakhir. Dia kerap melihat tiga gelandang Inter berada tidak jauh darinya.
20 APRIL 2010 | INTER 3-1 BARCELONA
|
|
Di pertemuan kedua mereka di Giuseppe Meazza di leg pertama semi-final Liga Champions, Inter menerapkan skema baru dengan dua gelandang bertahan. Ini menunjukkan adanya peran bergantian antara Cambiasso dan Motta untuk selalu menempel Messi. Dan Motta tampak paling sering melakukan tugas tersebut.
Ketika dua gelandang tidak mampu menghentikan Messi, Samuel datang melapisi, dan ia melakukannya lebih dari satu kali. Dengan situasi tersebut, Messi mengandalkan Ibrahimovic yang terus berada di depan, namun semuanya menjadi sulit dan Inter berhasil meraih kemenangan 3-1.
28 APRIL 2010 | BARCELONA 1-0 INTER
|
|
Di leg kedua, Inter kembali menerapkan skema yang sama dengan memasang dua gelandang bertahan untuk bergantian menempel Messi. Setelah Motta diusir wasit, Inter memasang Chivu berduet dengan Cambiasso dan membuat formasi Inter tampak berubah menjadi 4-5-0.
Messi langsung memberi ancaman, ia melewati dua orang pemain sebelum melepaskan tembakan yang berhasil dihalau dengan fantastis oleh Cesar, tetapi kembali peluangnya untuk mencetak gol dibatasi oleh tangguhnya pertahanan Inter. Hal tersebut terlihat di babak kedua, saat ia dikepung oleh tiga pemain dan dilapisi oleh Lucio, dan hingga akhirnya ia sangat kesulitan menemukan ruang kosong bagi dirinya.
13 SEPTEMBER 2011 | BARCELONA 2-2 MILAN
|
|
Dalam pertemuan pertama menghadapi AC Milan, dia mendapatkan ruang lebih luas untuk bekerja. Ia berhasil menembus tiga gelandang bertahan Milan, dan memaksa Nesta atau Thiago Silva untuk bereaksi cepat menghentikannya.
Messi hampir mencetak gol melalui tendangan bebas dan ia juga memaksa Abbiati melakukan penyelamatan, kemudian ia melewati dua pemain Milan dan memberi assist kepada Pedro yang berujung gol penyama kedudukan. Setelah itu Messi tampak berhasil dijinakkan setelah Ambrosini masuk untuk memperkuat lini tengah Milan.
23 NOVEMBER 2011 | MILAN 2-3 BARCELONA
|
|
Milan mencoba untuk memainkan gaya yang sama di pertandingan sebelumnya, dengan terus menempel Messi secara bergantian, tetapi Messi lebih memiliki kebebasan karena Milan hanya memiliki Van Bommel sebagai gelandang bertahan.
Umpan panjang Messi ke Xavi, berujung gol bunuh diri Van Bommel, di mana Thiago keluar dari sarangnya untuk menjaga pemain asal Argentina tersebut. Bahkan gol pertamanya ke gawang tim Italia cukup membuatnya jengkel karena percobaan pertamanya dihentikan di tengah jalan, saat ia sedang berlari dan dipaksa mengulang.
Namun ia masih bermain dengan tenang, ia mengirim umpan melewati empat pemain Milan kepada Xavi yang mencetak gol kemenangan.
28 MARET 2012 | MILAN 0-0 BARCELONA
|
|
Dan begitu juga di laga leg pertama perempat-final. Dengan kembalinya Ambrosini dan Nocerino, Milan mampu mengekang Messi, meskipun ia masih sempat menebar ancaman. Bergerak mencari ruang kosong, ia berhasil menerima umpan, meskipun jarang mendapatkan kesempatan untuk dapat membawa bola.
Ambrosini melakukan tugasnya dengan baik di luar kotak penalti, dengan Nesta dan Mexes yang siap sedia apabila ia berhasil mendekati area penalti. Terkadang melakukan pelanggaran lebih berarti daripada Messi berhasil menembus lini pertahanan tim, Nesta menerima dengan besar hati kartu kuning dari wasit akibat menghentikan laju Messi, tetapi semuanya tetap dalam semangat persaingan.
3 APRIL 2012 | BARCELONA 3-1 MILAN
|
|
Di leg kedua yang menentukan ini, Milan kembali mengandalkan Nocerino dan Ambrosini untuk mengawal pergerakan Messi, di mana Mexes dan Nesta kembali bersiap melapisi. Dan hal tersebut cukup efektif hingga Barcelona mendapat dua penalti, yaitu saat Messi dilanggar Antonini dan saat insiden kontroversial di mana Nesta dinilai melanggar Busquet, yang keduanya berhasil dikonversi menjadi gol oleh Messi.
Ya, di laga terakhirnya tersebut, Messi memang berhasil mencetak dua gol ke gawang wakil Serie A, tetapi kembali hal tersebut didapat melalui tendangan penalti bukan melalui permainan terbuka. Yang pasti, Messi harus menunggu setidaknya hingga musim depan untuk 'benar-benar' mencetak gol ke gawang tim Serie A Italia.
sumber : Tegar Paramartha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar